Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajar Harus Tahu, Begini Kondisi Tubuh yang Terjadi Saat Marah

Kompas.com - 20/04/2022, 08:17 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat kamu marah, apa yang kamu rasakan? Ingin teriak, bahkan ada perasaan meluap hingga wajah terasa panas?

Sejatinya, marah adalah suatu karakteristik yang muncul dari seseorang saat ada perbuatan atau perkataan salah, baik yang disengaja ataupun tidak, yang dilontarkan kepadamu. Biasanya, rasa marah muncul ketika kamu merasa kecewa, kesal, atau bahkan frustrasi.

Tidak menutup kemungkinan, rasa amarah yang tidak terkontrol akan mengakibatkan pertengkaran yang hebat. Jika sudah terjadi demikian, marah adalah salah satu hal yang tidak baik. Sebab, rasa marah dikeluarkan secara berlebihan bisa menimbulkan masalah baru.

Kendati demikian, di sisi lain marah juga bisa dianggap menjadi hal baik, asalkan bisa mengatur emosi.

Pasalnya, rasa marah juga bisa membantu untuk mengekspresikan diri dan bisa memotivasi diri untuk menemukan solusi dari setiap masalah yang dilalui.

Baca juga: Pakar Unair: Begini Aktivitas Otak Saat Menjelang Kematian

Dilansir dari laman Zenius, ketika rasa amarah menyelimuti diri, maka akan ada berbagai perubahan biologis yang dialami oleh tubuh. Kondisi otak orang marah akan berubah drastis disertai dengan apa yang terjadi pada tubuhnya.

Misalnya, tekanan darah meningkat, otot menjadi semakin tegang, energi meningkat, hingga peningkatan suhu tubuh. Selain itu, juga merasakan perubahan yang terjadi dari luar seperti suara yang meninggi, tangan tiba-tiba mengepal, keringat berlebihan, dan tentu saja detak jantung menjadi cepat.

Para ilmuwan dari University of Valencia (UV) menganalisis perubahan respon aktivasi hormonal dan asimetris otak ketika manusia marah.

Melalui investigasi terbarunya, mereka menemukan bahwa saat orang sedang berada dalam kondisi marah, maka detak jantung, ketegangan arteri, serta produksi testosteron akan mengalami peningkatan. Sedangkan hormon kortisol mengalami penurunan dan belahan otak kiri jadi lebih terangsang.

Hormon kortisol sendiri adalah hormon stres. Secara garis besar, hormon kortisol akan mengalami peningkatan jika seseorang sedang dalam keadaan stres atau frustrasi.

Saat marah, hormon ini justru mengalami penurunan seperti investigasi yang dilakukan oleh peneliti dari UV. Produksi hormon ini pada dasarnya juga dikendalikan oleh tiga organ di dalam tubuh, salah satunya berada di hipotalamus yang merupakan bagian dari otak.

Baca juga: Webinar UPN Jogja: Remaja, Ini 5 Tips Hadapi Quarter Life Crisis

Rasa marah muncul ditandai dengan amigdala yang merangsang ke hipotalamus. Amigdala yang dimaksud di sini adalah bagian otak yang berkaitan dengan emosi, perilaku, dan memori.

Sedangkan hipotalamus adalah bagian otak yang yang mengeluarkan bahan kimiawi berupa hormon yang dibutuhkan tubuh untuk membantu mengendalikan sel-sel dan organ tubuh. Hipotalamus juga berfungsi untuk mengendalikan respon emosional di dalam diri.

Bagian otak lain yang berfungsi mengatur rasa emosi atau marah adalah korteks prefrontal. Apabila seseorang mengalami kerusakan pada bagian ini, maka otomatis ia akan sulit untuk mengendalikan rasa amarahnya.

Pada seseorang, rasa marah bisa muncul karena ada berbagai macam penyebab. Misalnya, merasa kalau pendapatnya tidak dihargai. Hal ini tentu saja membuat rasa marah muncul. Pada saat ini amigdala mencoba untuk merangsang hipotalamus sebagai penanda rasa marah muncul.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau