Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi XI DPR-RI.

Mengawal "Merdeka Belajar"

Kompas.com - 14/05/2022, 05:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Artinya, jauh sebelum pandemi Covid-19, Te Kura telah mengadopsi model pengajaran yang bervariasi dari sesi online hingga tatap muka jika diperlukan atau dimungkinkan.

Belakangan ini, Te Kura memanfaatkan D2L’s Brightspace – sebuah platform pembelajaran telah dicoba dan diuji sehingga para guru sudah tahu cara mengelola tugas sulit untuk melibatkan siswa ketika Covid-19 melanda dan, dengan hanya menjentikkan tombol, mereka sepenuhnya online.

Melalui platform berbasis video, para guru dan siswa bisa belajar bersama dengan cara baru, sementara alat penilaian cerdas mengurangi beban administrasi bagi pimpinan dan tenaga adminstratif sekolah. (Bdk. Desire2Learn - Te Kura - Success Story, 2021.

Kuncinya adalah hubungan guru-siswa

Meski ada banyak kendala dan tantangan atau tuntutan digital semakin meningkat, program Merdeka Belajar harus terus dikembangkan secara terencana dan terukur, bukan cara pendekatan yang instan.

Untuk mengembangkan Merdeka Belajar secara berkelanjutan, kita rupanya perlu berpaling pada nasehat filsuf pendidikan terkemuka, John Dewey (1859-1952). Dewey percaya bahwa sekolah seharusnya mewakili lingkungan sosial yang riil, dan bahwa siswa dapat belajar dengan cara paling baik ketika berada dalam lingkungan sosial dengan iklim yang kondusif.

Pada sisi lain dia percaya bahwa semua siswa adalah pembelajar yang unik, yang berkembang baik ketika dibimbing oleh gurunya (Bdk. Flinders & Thornton, 2013).

Pendapat Dewey diteguhkan oleh psikolog pendidikan Kanada, George Siemens dalam teorinya tentang konektivitas. Siemens (2004) menekankan gagasan bahwa pengetahuan adalah serangkaian jaringan yang saling terkait tidak hanya dari interaksi sosial, tetapi juga pengalaman, pengamatan digital (iklan, situs web), atau bahkan organisasi. Konektivitas itu adalah proses pembelajaran.

Siemens juga mengatakan dalam dunia pendidikan yang terdigitalisasi, para guru berperan membantu para siswa supaya selalu "terhubung’, termasuk secara digital dan selalu bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya.

Namun, gerakan Merdeka Belajar tidak cukup hanya memberi ruang bagi siswa untuk mengembangkan dan mengendalikan proses pembelajaran sendiri. Sekolah dan guru juga harus merancang lingkungan belajar (digital) yang mampu memikat perhatian, memotivasi, dan menumbuhkan disiplin belajar secara mandiri. Dan yang lebih utama adalah membangun hubungan emosional yang erat antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran,

Tanpa itu maka Merdeka Belajar akan menjadi sebuah slogan kosong, dan para siswa akan tetap menjadi orang yang tidak merdeka belajar. Bahkan, mereka bisa terjebak menjadi siswa yang bebas untuk tidak belajar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau