Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lompat Batu Nias, Tradisi Unik yang Punya Makna Tersendiri

Kompas.com - 05/01/2023, 13:40 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu tradisi di daerah ini menjadi ciri khas budaya Indonesia. Yakni lompat batu nias karena hanya ada di Nias.

Pulau yang terletak di sisi barat provinsi Sumatera Utara ini memiliki tradisi unik lompat batu. Kenapa unik?

Ini karena punya makna tersendiri di balik aksi lompat batu tersebut. Jadi, bukan sembarang orang yang boleh melakukan aksi lompat batu nias.

Melansir laman Direktorat SMP Kemendikbud Ristek, Selasa (3/1/2023), di sekitar pulau utamanya, Nias juga memiliki pulau-pulau kecil sebanyak 27 buah.

Baca juga: 7 Tips Meningkatkan Motivasi Belajar bagi Siswa

Banyaknya pulau-pulau kecil yang dihuni oleh penduduk hanya sebanyak 11 buah, sedang 16 pulau kecil lainnya tak berpenghuni.

Awal mula tradisi lompat batu nias

Di Pulau Nias ini, khususnya bagian selatan, terdapat sebuah tradisi budaya yang sangat terkenal dan juga memiliki keunikan tersendiri. Tradisi tersebut adalah Hombo Batu atau lompat batu.

Fahombo, nama lain dari tradisi ini, awal mulanya dilakukan oleh seorang pemuda Nias untuk menunjukan bahwa pemuda yang bersangkutan sudah dianggap dewasa dan matang secara fisik.

Tetapi, tidak semua masyarakat Nias yang melakukan tradisi lompat batu ini. Lompat batu banyak dilakukan oleh masyarakat Nias bagian selatan.

Salah satu lokasi wisata terkenal untuk pertunjukan lompat batu ini adalah di situs Bawomataluo. Kehidupan di Desa Bawomataluo masih sangat asli, lengkap dengan tradisi-tradisinya.

Seperti rumah adat, tradisi lompat batu, tarian perang, dan budaya peninggalan megalitikum.

Namun yang pasti, tradisi ini hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Ini akan menunjukkan kedewasaan, ketangkasan, dan keberanian.

Baca juga: 11 Tips Semangat Belajar bagi Siswa

Jika seseorang berhasil melompati batu setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm maka dianggap heroik dan prestisius, baik bagi individu, keluarga, bahkan masyarakat seluruh desa.

Karena merupakan hal yang membanggakan, biasanya akan diadakan acara syukuran secara sederhana dengan menyembelih ayam maupun hewan lain.

Butuh latihan sejak kecil

Meski demikian, untuk bisa melompati batu setinggi 2 meter itu, dibutuhkan latihan secara bertahap.

Bahkan ada yang berlatih sejak usia 7 tahun. Sesuai pertumbuhannya, mereka akan terus melakukan latihan dengan melompati tali, kayu, batu tiruan, atau lainnya dengan ketinggian yang terus bertambah sesuai usia.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau