Bondhan Kresna W.
Psikolog

Psikolog dan penulis freelance, tertarik pada dunia psikologi pendidikan dan psikologi organisasi. Menjadi Associate Member Centre for Public Mental Health, Universitas Gadjah Mada (2009-2011), konselor psikologi di Panti Sosial Tresna Wredha “Abiyoso” Yogyakarta (2010-2011).Sedang berusaha menyelesaikan kurikulum dan membangun taman anak yang berkualitas dan terjangkau untuk semua anak bangsa. Bisa dihubungi di bondee.wijaya@gmail.com. Buku yang pernah diterbitkan bisa dilihat di goo.gl/bH3nx4 

"Kepemimpinan" versi Ki Hadjar Dewantara

Kompas.com - 04/06/2018, 08:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Apa maksudnya? Menurut Profesor Hill, dahulu seorang inovator seringkali bekerja sendiri dalam menemukan inisiatif-inisiatif yang berguna bagi orang banyak. Misal, Thomas Alfa Edison atau Nikola Tesla.

Saat ini, iPod atau Pixar tidak didirikan seorang individu, tapi sebuah tim melalui proses kolaboratif.  Bahkan mungkin lebih dari satu tim mengerjakan bagian-bagian berbeda namun mampu bersama-sama menuju satu tujuan.

Hill mengatakan bahwa pemimpin bisa memunculkan ide-ide terobosan dengan membangun “komunitas” kreatif (communities that can innovate).

Pertama, pemimpin harus memastikan bahwa organisasi mau dan mampu untuk berinovasi. Ciri-cirinya adalah anggota diberikan penghargaan yang cukup dan diberikan kesempatan untuk berkontribusi serta memiliki tujuan utama yang jelas.

Kedua, pemimpin harus meningkatkan kemampuan organisasi. Secara spesifik Profesor Hill menyebutkan tiga hal yaitu creative abrasion yaitu kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru melalui diskusi dan debat. Berikutnya adalah creative agility berupa kemampuan untuk melakukan penyaringan dan ujicoba ide-ide yang muncul dengan cepat. Terakhir adalah creative resolution yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan dengan cepat dan terintegrasi.

Dari sini pemimpin memiliki peran tidak lebih besar daripada yang dipimpin, setidaknya secara kasat mata. Tujuan utama dari leading from behind adalah “pemimpin yang dapat memanfaatkan kekuatan jenius kolektif”. Singkatnya adalah bagaimana menciptakan ruang-ruang ide dan kemampuan untuk mengimplementasikannya dengan optimal untuk tujuan organisasi.

Memberi teladan

Tentu saja, konsep tut wuri handayani (di belakang memberi bimbingan-momong) dan ing madyo mangun karso (di tengah memberi semangat-among) tidak akan berjalan optimal bila tidak ada ing ngarso sung tulodho, yaitu pemimpin (pamong) yang bertindak sebagai contoh bagi anggotanya.

Memberi contoh, ngemong, tidak hanya secara kemampuan tapi juga secara etika dan moral.

Lagi dalam artikel HBR edisi Maret 2016 berjudul “The Most Important Leadership Competencies, According to Leaders Around the World”, kompetensi penting apa yang harus dimiliki seorang pemimpin?

Jawabannya adalah memiliki standard etika dan moral tinggi. Dari sini kita seharusnya bisa memanfaatkan pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam berbagai organisasi, baik di dalam perusahaan, sekolah, pemerintahan, bahkan dalam keluarga.

Caranya adalah membaca-baca kembali tulisan-tulisan beliau – pernah saya uraikan dalam artikel saya “Hardiknas, Ki Hadjar, dan Perilaku Orangtua Menghadapi “Technoference” Revolusi Industri 4.0”.

Para ahli dan ilmuwan perlu menggali lagi konsep dan  teori-teori beliau untuk dikembangkan, didiskusikan, disesuaikan dengan perkembangan zaman, dan diaplikasikan demi kemajuan bangsa dengan mewujudkan para pamong yang momong, among, dan ngemong sehingga tidak perlu minder dengan konsep-konsep asing.

Sumber :

https://hbr.org/2010/05/leading-from-behind

https://hbr.org/2018/04/how-humble-leadership-really-works

https://hbr.org/2016/03/the-most-important-leadership-competencies-according-to-leaders-around-the-world

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau