Apa maksudnya? Menurut Profesor Hill, dahulu seorang inovator seringkali bekerja sendiri dalam menemukan inisiatif-inisiatif yang berguna bagi orang banyak. Misal, Thomas Alfa Edison atau Nikola Tesla.
Saat ini, iPod atau Pixar tidak didirikan seorang individu, tapi sebuah tim melalui proses kolaboratif. Bahkan mungkin lebih dari satu tim mengerjakan bagian-bagian berbeda namun mampu bersama-sama menuju satu tujuan.
Hill mengatakan bahwa pemimpin bisa memunculkan ide-ide terobosan dengan membangun “komunitas” kreatif (communities that can innovate).
Pertama, pemimpin harus memastikan bahwa organisasi mau dan mampu untuk berinovasi. Ciri-cirinya adalah anggota diberikan penghargaan yang cukup dan diberikan kesempatan untuk berkontribusi serta memiliki tujuan utama yang jelas.
Kedua, pemimpin harus meningkatkan kemampuan organisasi. Secara spesifik Profesor Hill menyebutkan tiga hal yaitu “creative abrasion” yaitu kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru melalui diskusi dan debat. Berikutnya adalah “creative agility” berupa kemampuan untuk melakukan penyaringan dan ujicoba ide-ide yang muncul dengan cepat. Terakhir adalah “creative resolution” yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan dengan cepat dan terintegrasi.
Dari sini pemimpin memiliki peran tidak lebih besar daripada yang dipimpin, setidaknya secara kasat mata. Tujuan utama dari leading from behind adalah “pemimpin yang dapat memanfaatkan kekuatan jenius kolektif”. Singkatnya adalah bagaimana menciptakan ruang-ruang ide dan kemampuan untuk mengimplementasikannya dengan optimal untuk tujuan organisasi.
Memberi teladan
Tentu saja, konsep “tut wuri handayani” (di belakang memberi bimbingan-momong) dan “ing madyo mangun karso” (di tengah memberi semangat-among) tidak akan berjalan optimal bila tidak ada “ing ngarso sung tulodho”, yaitu pemimpin (pamong) yang bertindak sebagai contoh bagi anggotanya.
Memberi contoh, ngemong, tidak hanya secara kemampuan tapi juga secara etika dan moral.
Lagi dalam artikel HBR edisi Maret 2016 berjudul “The Most Important Leadership Competencies, According to Leaders Around the World”, kompetensi penting apa yang harus dimiliki seorang pemimpin?
Jawabannya adalah memiliki standard etika dan moral tinggi. Dari sini kita seharusnya bisa memanfaatkan pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam berbagai organisasi, baik di dalam perusahaan, sekolah, pemerintahan, bahkan dalam keluarga.
Caranya adalah membaca-baca kembali tulisan-tulisan beliau – pernah saya uraikan dalam artikel saya “Hardiknas, Ki Hadjar, dan Perilaku Orangtua Menghadapi “Technoference” Revolusi Industri 4.0”.
Para ahli dan ilmuwan perlu menggali lagi konsep dan teori-teori beliau untuk dikembangkan, didiskusikan, disesuaikan dengan perkembangan zaman, dan diaplikasikan demi kemajuan bangsa dengan mewujudkan para pamong yang momong, among, dan ngemong sehingga tidak perlu minder dengan konsep-konsep asing.
Sumber :
https://hbr.org/2010/05/leading-from-behind
https://hbr.org/2018/04/how-humble-leadership-really-works
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.