Vietnam lebih memilih suatu protokol sederhana namun tegas. Sekitar 70 hingga 80 persen populasi siswanya wajib mengikuti suatu program terapan yang kelak, bila mereka lulus dan akan masuk di labor force, mereka akan melanjutkannya dengan pelatihan-pelatihan yang terkait langsung dengan kebutuhan industri.
Tampak sekali bahwa dari awal setiap siswa sudah disiapkan sebagai spesialist. Dengan begitu content mata ajar tak bisa lagi asal ‘palugada’, semua ada dan diberikan.
Di sinilah pemerintah Vietnam secara besar-besaran berinvestasi: kurikulum dan kebijakan pendidikan yang terintegrasi dengan industri dan menyiapkan spesialis-spesialis unggul di masa depan.
Saat kita menjadi terlalu xenophobic atas wacana rektor asing mempimpin kampus-kampus nasional, Vietnam lebih memilih mengundang banyak peneliti (ilmu terapan) ke kampus-kampus Vietnam melalui support pemerintah.
Tujuannya jelas, menularkan etos kerja akademis yang mumpuni, terbuka dengan berbagai strategi dan metodologi didaktik serta riset, dan untuk saat ini, itu adalah fokus utama.
Para pembaca yang budiman, apakah anda pernah mendengar mobil nasional Vietnam bernama VinFast?
Desain dan engineering mobil nasional ini tidak berasal dari Vietnam, tetapi dibeli dari Eropa dan Amerika. Di tahun 2017 program mobnas ini diumumkan pemerintah Vietnam, dan Juni 2019 sudah mulai produksi. (Tidakkah kita tergoda untuk nyinyir dan mengatakan, “kalau strategi seperti itu kita juga bisa!”).
Untuk mempercepat produksi serta meningkatkan kurva belajar para engineer lokal Vietnam, VinFact menggandeng pabrikan-pabrikan besar Eropa seperti Opel, Magna Steyr, dan BMW.
Rumah desain otomotif papan atas Pininfarina yang biasa mendasain Ferarri pun dilibatkannya.
Tapi di sinilah uniknya – juga kekhasan kultur ala Vietnam. Sedari awal – meski namanya mobil nasional atau mobnas – proyek ini dibuka terang benderang sebagai bagian dari proses belajar, sehingga masyarakat berhak tahu bahwa pada awalnya kesemuanya bermula dari ‘beli pengetahuan’ dari sana-sini.
Dalam periode pembelajaran, diharapkan para engineer akan mampu mendesain keseluruhan komponen, mekanisme kerja dan teknologinya sebagai suatu alternatif output produknya.
Bukankah Proton harus ‘sekolah’ terlebih dahulu dari Mitsubishi sebelum menjadi raksasa mobnas di Malaysia? Atau Maruti di India yang cukup intens belajar dari Suzuki, tidakkah itu hal yang lumrah?
Kurva belajar harus disikapi dengan kritis, bijak sekaligus diberi timeframe. Masalah di negeri ini barangkali adalah soal timeframe, deadline, atau tenggat waktu itu tadi.
Vietnam, mungkin belajar dari kesalahan-kesalahan di banyak negara dengan etos kerja yang berbeda-beda, memastikan bahwa segalanya diatur dalam tenggat waktu. VinFast digodog selama dua tahun saja sejak 2017. Juni 2019 produksi batch pertama sudah dikirim ke pemesan.
Anda tahu target Vietnam di SEA Games tahun ini? Sedikitnya 65 medali emas dan finis di tiga besar!