Selanjutnya Maruntung mengatakan, ketersediaan buku bisa menjadi alat yang kuat untuk meningkatkan keterampilan calistung. Masalahnya buku yang tersedia di Papua, sering tidak sesuai kebutuhan anak dan daerah.
Jikapun ada, buku-buku itu lebih banyak buku teks pelajaran yang tidak ampuh memicu kesenangan anak membaca.
“Selama ini hampir sebagian besar sekolah di Papua, terutama sekolah yang ada di Pegunungan Tengah Papua, tidak memiliki ketersediaan buku yang mumpuni,” terang Maruntung.
Guru di SMA Negeri 1 Makki ini, menambahkan, buku yang paling dibutuhkan di provinsi ujung Indonesia itu adalah buku berkontekstual Papua. Isi buku-buku ini mengambil kegiatan hidup sehari-hari orang Papua, sehingga anak lebih mudah memahami makna buku itu.
Baca juga: Pemerataan SDM Unggul, Pemerintah Diminta Lanjutkan Beasiswa Bidikmisi di Papua
Selain itu isi buku kontekstual Papua menggunakan kalimat yang sederhana dengan gambar yang lebih menarik.
”Dengan desain buku seperti ini, buku kontekstual Papua menjadi jembatan penghubung yang efektif antara anak dan ilmu pengetahuan,” terang guru yang sudah 6 tahun mengajar di Papua ini.
Merujuk rekomendasi dari Sun Shine Coast University, Australia, Maruntung mengatakan ada 10 poin usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di Papua, salah satunya adalah dengan melakukan pembelajaran berkonteksual Papua (Papua contextual teaching and learning).
Karena itu kemampuan mengajar (pedagogik) guru, menjadi salah satu faktor penting, dalam meningkatkan mutu pendidikan. Guru-guru perlu mendapatkan pelatihan secara periodik, termasuk pelatihan mengajarkan literasi dan numerasi.
Guru harus mampu mendesain materi dan metode mengajar yang sesuai kondisi geografi dan budaya setempat.
“Pemerintah pusat harus bekerjasama dengan pemerintah dan guru daerah untuk mendesain materi dan pembelajaran yang berkontekstual Papua sehingga siswa-siswi di Papua lebih gampang dalam menerima pelajaran,” tambahnya.