Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ahmad Rizali
Pemerhati pendidikan

Pemerhati pendidikan, Kabid Pendidikan NU Circle, dan Presidium Gernas Tastaka

100 Hari Nadiem Makarim: Kebijakan Jangan Berhenti Jadi "Gimmick" Saja

Kompas.com - 30/01/2020, 09:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ketika target ukuran mutu pendidikan dasar Indonesia belum akan mencapai 400 pada Tahun 2024, negara pesaing Indonesia untuk menggapai Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar se dunia, China, India dan Rusia serta Amerika saat ini sudah mengantungi nilai PISA mendekat 500 atau rerata di dunia.

Urgensi reorientasi fokus ke jenjang SD/MI

Jika Mendikbud dan pimpinan Kemendikbud mencermati data guru SD/MI Indonesia hampir setengah jumlah guru yang 3 juta, murid SD/MI yang hampir 30 juta dan semua kondisi 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang buruk di jenjang SD/MI (kecuali APK dan lama bersekolah) maka mereka akan tergesa gesa mengurusi jenjang ini.

Mendikbud dan pimpinan Kemendikbud sudah selayaknya memberi perhatian khusus seperti perhatian kepada pendidikan kejuruan yang memiliki Inpres Revitalisasi SMK.

Meski mulai lelah, saya tetap menuntut Kemendikbud agar mengusulkan kepada Presiden untuk membuat "Inpres SD/MI" atau jika ingin agak lebar, "Inpres Mutu Pendidikan Dasar" (SD/SMP; MI/MTs) karena ketika Inpres ini terbit maka semua Kementrian terkait akan diperintah oleh Presiden mengawal pencapaian mutu pendidikan tersebut.

Pendidikan Tinggi khusus LPTK akan diperintah memperbaiki mutu layanan pendidikan guru SD dan MI dan riset terkait pendidikan SD/MI digalakan.

Standar Kompetensi Lulusan, Isi, Proses dan Penilaian Pendididikan Guru SD (PGSD) akan diperbaiki. Jelas ranah "Preservis" akan diikuti oleh "Inservis" dengan memerintah Gubernur mengkoordinir Bupati/Walikota mengurusi proses pemelajaran di SD/MI dengan seksama.

P4TK (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) Mata Pelajaran akan memfokuskan diri ke Matpel jenjang SD/MI dan LPMP yang berada di semua provinsi akan "kembali" menjadi tempat pelatihan guru SD/MI di provinsi itu.

2 LPMP eselon dua diubah menjadi P4TK Khusus Guru Kelas dan menjadi andalan mendidik Instruktur Nasional.

Ketika semua upaya mengarah ke perbaikan fondasi di SD/MI yang tidak hanya Matematika, Sains dan Membaca, tetapi juga Matpel Kebudayaan dan Kesenian Indonesia serta Kebangsaan, maka lengkaplah jika ditambah dengan matpel masing masing Agama di jenjang SD/MI.

Masyarakat melalui upaya mandiri dan Perusahaan melalui CSR dan Yayasannya akan dapat dengan jelas berperan dalam sisi manapun, semua dipimpin oleh Kemendikbud sebagai dirijen.

Jika gegap gempita reorientasi fokus pendidikan ke jenjang SD/MI terlaksana dalam 5 (lima) tahun, maka di tahun ke 7 (tujuh) jenjang SMP/MTs akan memperoleh lulusan SD/MI yang jelas berbeda.

Sosok calon murid SMP/MTs yang faham jatidiri keIndonesiaannya, bernalar dasar yang baik dan benar serta siap dididik untuk menjadi murid yang akan hidup dalam pergaulan antar bangsa.

Kembali ke Mendikbud, sudahkan dalam 100 hari belajarnya menemukan hal yang mendasar dalam mengelola Pendidikan Indonesia ?

Jika sudah, apakah sudah memasukannya dalam Renstra Kemendikbud 2019-2024 ?

Jika tidak dan masih lebih suka "gimmicking" maka, saya pesimis cita cita meraih Bonus Demografi dan PDB terbesar ke-4 sedunia akan terwujud.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com