Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membentuk Komunitas Sains Muslim Dunia dari Keluarga

Kompas.com - 10/05/2020, 18:38 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Pertama karena alasan mistis dan yang kedua adalah alasan spiritualis.

"Alasan mistis adalah semacam dzauq atau kenikmatan spiritual seseorang yang merasa lebih dekat dengan Tuhannya ketika mempelajari ilmu pengetahuan, dan inilah yang membedakan antara sains Islam dan sains Barat, bahwa sains Barat hanya berhenti di konsep ‘Mengapa dan Bagaimana’," jelasnya.

Ia melanjutkan, "Sementara Sains Islam akan mengarahkan seseorang pada kontemplasi akan kebesaran Tuhannya. Alasan kedua adalah sebab spiritualis.

Misalnya menurutnya, Astronomi berkembang di dunia Islam dan dianggap penting karena telah menjadi perantara penentuan awal Ramadan dan Syawal.

Geometri misalnya, menjadi pengalihan kaum muslimin dalam mengejawantahkan sisi seni dan keindahan pada Islam dalam bentuk mozaik dan hiasan di dalam masjid, dan tidak dengan menggambar manusia atau pun mahluk hidup lainnya.

Pada akhir pemaparannya, ia menyampaikan, "Alih-alih meributkan tentang definisi Sains Islam, yang terpenting justru terus berjalan dan berkarya agar ada bukti nyata sumbangsih ilmuwan Islam pada bidang Sains di dunia."

Baca juga: Dalil dan Sains dalam Penentuan Awal dan Akhir Ramadhan

Peran keluarga dan minat sains anak

Oleh karenanya, Prof. Hadi menekankan peran penting keluarga dalam menumbuhkan minat sains kepada anak sejak usia dini.

"Anak di Asia lebih cenderung didoktrin untuk mendengar dan patuh, sementara pada budaya Barat, anak diajak berpikir kritis, tapi bila tidak terkontrol dapat menjadi cenderung suka membantah," ujarnya.

"Kita harus mengambil yang baik dari keduanya. Ketika anak suka bertanya jangan dimatikan, tapi harus dikendalikan. Untuk itu orangtua harus rajin belajar menambah ilmu dan mengajak anak berdiskusi di saat mereka punya pertanyaan-pertanyaan yang kritis," papar Prof. Hadi.

Ia menegaskan pentingnya orangtua di rumah dan guru di sekolah untuk menumbuhkan kecintaan anak pada sains.

"Yang terpenting adalah menyampaikan rasa cinta bukan teori. Misalnya matematika. Karena yang diberikan pada anak adalah terori maka yang terekam adalah teori. Kalau anak ditanya apa esensi matematika, maka anak akan menjawab angka," ujarnya.

"Padahal bukan itu. Matematika itu adalah logika. Dan dengan logika, anak akan bisa mengambil keputusan yang tepat atau menyelesaikan berbagai macam persoalan," Prof. Hadi menjelaskan.

Pesan di masa PSBB dan Ramadhan

Prof. Hadi juga mengingatkan mengenai beratnya tantangan dunia digital bagi orangtua.

"Di era digital, orangtua harus sering-sering berbincang dengan anak dari hati ke hati. Mengobrolkan macam-macam, termasuk tontonan dan pelajaran apa yang mereka ambil dari tontonan itu," ujarnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau