Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buku "Menulis Kreatif dan Berpikir Filosofis" untuk Menemukan Jati Diri

Kompas.com - 14/09/2020, 17:01 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Oleh: Silvi | Penerbit KPG

KOMPAS.com - Setiap orang punya cara untuk menenangkan diri saat kalut. Salah satu terapi yang disebut-sebut ampuh untuk menjernihkan pikiran kacau ialah menulis.

Namun bagaimana jika kita tidak bisa membuat tulisan yang bagus atau belum pernah menuangkan perasaan dalam tulisan sebelumnya?

Ayu Utami, pengarang novel terlaris "Saman" dan "Bilangan Fu" selama tujuh tahun belakangan aktif mengajarkan teknik menulis kreatif untuk pemula. Ia meyakinkan semua orang bisa menulis.

Tidak harus bagus, tetapi semua orang bisa berlatih untuk menulis kreatif dan kelak menjadi tulisan berbobot.

Untuk berlatih membuat tulisan yang bagus, menurut Ayu ada banyak cara. Dalam buku terbarunya, "Menulis Kreatif dan Berpikir Filosofis" (KPG, Agustus 2020), Ayu memperkenalkan metode menulis dengan intuisi.

Menulis tanpa harus dimulai dari ide yang jelas maupun rencana matang. Di buku tersebut, Ayu akan mengajak pembaca menulis satu paragraf yang dimulai dengan kata “aku”, atau “kamu”, atau “ia”.

Bahkan, kamu tidak perlu takut untuk mengambil lirik lagu atau tulisan yang pernah dipublikasikan sebelumnya, dan memodifikasi atau mencoba membuat kelanjutan ceritanya.

Ayu mencontohkan dalam buku itu, satu paragraf lanjutan dibuat dari lagu “Bangun Tidur Kuterus Mandi” karya Pak Kasur.

Baca juga: Mencari Pintu Masuk Dunia Murakami

 

Menulis dengan intuisi

Setahap demi setahap, buku ini begitu sabar memandu pembacanya.

Selesai satu paragraf, pembaca akan diajak menganalisa tulisannya. Apakah sudah mengandung unsur-unsur utama dalam penulisan cerita yang menarik? Ayu biasa menyebut unsur utama penulisan kreatif itu sebagai 4T: Tokoh, Tensi, Tempat, dan Tema.

Saat kita menulis dengan kata “aku”, atau “kamu”, atau “ia” tadi, berarti kita sudah memenuhi satu unsur cerita, yakni tokoh.

Kemudian kita lihat, apakah peristiwa yang dialami tokoh sudah mengandung ketegangan atau belum.

Jika belum, selanjutnya kita harus memberikan tensi dalam cerita. Ketegangan atau kemungkinan baik dan buruk yang akan dilalui si tokoh lambat laun akan membawa penulis ke ujung cerita, yakni penyelesaian masalah.

Perjalanan ini tanpa disadari akan membentuk 3 struktur dasar cerita atau narasi. Ayu memakai istilah Ci-Luk-Ba.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau