Dalam menguak kebenaran sebuah kompleksitas dapat digunakan tiga pendekatan, yaitu multidisiplin, interdisiplin dan transdisiplin.
Baca juga: Merdeka Belajar–Kampus Merdeka: Antara Peluang dan Tantangan
Pendekatan multidisiplin
Pada pendekatan multidisiplin, sebuah fenomena kompleks dikaji dari berbagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Untuk fenomena perubahan iklim, misalnya, kajian mandiri berbagai disiplin ilmu dapat dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan iklim.
Peneliti budidaya pertanian dapat mempelajari dampak perubahan iklim terhadap produktivitas tanaman pangan tertentu.
Begitu pula, peneliti bisnis dapat mempelajari peluang pengembangan bisnis asuransi dengan adanya perubahan iklim atau peneliti klimatologi dapat mengembangkan model perubahan cuaca yang mengantisipasi perubahan iklim. Intinya, suatu fenomena yang kompleks – seperti perubahan iklim - dapat menjadi obyek berbagai kajian monodisiplin yang mandiri.
Pendekatan interdisiplin
Berbeda dengan pendekatan multidisiplin, pada kajian interdisiplin telah terjadi “dialog” antar disiplin dalam mengkaji sebuah fenomena kompleks.
“Dialog” tersebut terjadi melalui terbentuknya jembatan antar disiplin ilmu berupa peralihan metode, yaitu penerapan piranti kajian suatu disiplin diterapkan pada disiplin lain.
Banyak contoh pendekatan interdisiplin yang kemudian berkembang menjadi suatu disiplin baru, misalnya biokimia, psikolinguistik, ekotoksikologi dan sebagainya.
Biokimia adalah contoh bidang interdisiplin yang sangat gamblang karena merupakan irisan antara biologi dan kimia. Dengan kata lain, interdisiplin bisa melibatkan irisan lebih dari dua disiplin ilmu yang berbeda untuk menghasilkan sebuah disiplin baru.
Masih dalam kasus “keberlanjutan”, sebagai sebuah abstraksi baru ia tidak dapat dipahami secara utuh dengan pendekatan multidisiplin atau interdisiplin.
Pendekatan transdisiplin
Untuk mengukur “keberlanjutan”, misalnya, maka dibutuhkan peleburan berbagai disiplin ilmu – baik ilmu-ilmu alam, kesehatan, ilmu-ilmu sosial, rekayasa, informatika dan banyak lagi – untuk mengembangkan sebuah piranti pengukuran baru yang khas.
Dengan kata lain, tidak ada satu disiplin yang secara mandiri bisa menawarkan piranti untuk mengukur “keberlanjutan”.
Ia memiliki watak transdisiplin.