Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Kedokteran Okupasi dan Prospek Kerjanya? Ini Kata Alumni UGM

Kompas.com - 28/02/2021, 17:32 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Salah satu profesi yang banyak dicita-citakan anak kecil yakni bisa menjadi seorang dokter. Butuh jalan panjang untuk bisa menjadi seorang dokter. Setelah mendapat gelar dokter, sebagian mahasiswa Fakultas Kedokteran akan menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

Ada banyak spesialisasi di dunia kedokteran. Nah salah satunya adalah Kedokteran Okupasi. Apa sih Okupasi itu? Bagaimana prospek kerjanya dibanding spesialis kedokteran yang lainnya?

Merangkum laman Kagama.co, alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dr. Anna Nasriawati mengatakan, sebagian orang masih belum memahami bidang pekerjaan ini.

dr. Anna menerangkan, Kedokteran Okupasi adalah kedokteran klinis yang berfokus pada identifikasi dan pengelolaan risiko kesehatan yang mungkin dihadapi seseorang di tempat kerjanya.

Kedokteran okupasi dan tugasnya

Profesi ini juga berkaitan langsung dengan manajerial dan kegiatan di lapangan.

"Selama bekerja sebagai dokter okupasi, saya pernah terlibat dalam kegiatan walk through survey di site proyeksi konstruksi BUMN. Di sana saya melakukan asesmen risiko untuk setiap pekerjaan dalam proyek tersebut," papar dr. Anna seperti dikutip dari laman Kagama.co, Minggu (28/2/2021).

Baca juga: Dukung Program Pemerintah, UGM Data Penerima Vaksin Covid-19 Tahap II

Tugas seseorang yang berprofesi di bidang Kedokteran Okupasi ini juga turut mengalami perubahan di masa pandemi Covid-19. Anna mengungkapkan, di masa pandemi ia melakukan pengelolaan in house clinic perusahaan terkait pengendalian Covid-19 di tempat kerja.

Fokus kerja dokter Okupasi ada beberapa hal. Seperti pencegahan, evaluasi, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi masalah kesehatan yang mungkin dialami di tempat kerja.

Meski belum semua orang tahu, ternyata dokter okupasi punya prospek kerja yang terbuka lebar.

Pada umumnya, dokter okupasi bisa bekerja di:

  • HSE Perusahaan
  • klinik perusahaan
  • BUMN
  • rumah sakit
  • occupational health clinic
  • konsultan dan masih banyak lagi

Jenjang pendidikan menjadi dokter okupasi

Untuk mewujudkan mimpinya, setelah lulus dari Fakultas Kedokteran UGM tahun 2004, dr. Anna kemudian menempuh program studi Magister Kedokteran Kerja (MKK) di Universitas Indonesia (UI). Kemudian dilanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi di PPDS UI.

"Sampai saat ini program MKK dan PPDS hanya ada di UI," imbuh dr. Anna.

Baca juga: Pakar UGM: Virtual Police Perlu Jaga Hak Digital Pengguna Medsos

Ada 3 jalur untuk masuk PPDS Okupasi. Antara lain jalur reguler (dokter umum), jalur Magister Kedokteran Kerja (dokter yang sudah berijazah MKK) dan jalur khusus Migas (dokter yang bekerja di perusahaan minyak dan gas).

Sedangkan lama pendidikan yang harus ditempuh untuk MKK adalah empat semester, sedangkan reguler memakan waktu tujuh semester.

"Dalam persiapan PPDS, seseorang harus memenuhi syarat TOEFL minimal 450, sertifikat HIPERKES, surat izin langsung dari atasan bagi yang sudah bekerja," ungkap dr. Anna.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau