Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 24/01/2022, 17:49 WIB

KOMPAS.com - Berusaha untuk tampil tenang, terlihat baik-baik saja, bahkan bahagia bisa dilakukan oleh sebagian besar orang meski mereka sedang mengalami banyak tekanan, merasa sedih, maupun takut. Hal ini semakin mudah dilakukan melalui media sosial.

Pakar Psikologi Universitas Airlangga (Unair), Margaretha Rehulina menjelaskan kondisi yang kerap disebut dengan duck syndrome.

Duck syndrome, terang dia, merupakan terminologi yang digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena populer. Istilah duck syndrome pertama kali dimulai di Stanford University, salah satu universitas terkenal di dunia karena mayoritas mahasiswanya merupakan mahasiswa-mahasiswa pilihan.

Pada tahun pertama, biasanya mahasiswa Stanford menampilkan diri seperti bebek (duck), yaitu di atas permukaan air terlihat tenang, padahal di bawah air kakinya sedang berenang dengan sangat cepat.

Baca juga: 5 Alasan Pasangan Selingkuh, Ini Penjelasan Sosiolog Unair

Mereka berusaha terlihat sangat tenang padahal di balik itu sedang melakukan perjuangan yang besar.

“Supaya tidak terlihat kalah, maka mereka harus bersikap seperti bebek yang tenang padahal di balik itu semua sedang mengalami perjuangan, kegelisahan, dan ketakutan,” tuturnya seperti dilansir dari laman Unair, Senin (24/1/2022).

3 jenis duck syndrome dan cara menghadapi

Duck syndrome dapat terjadi karena adanya persoalan yang muncul ketika seseorang sedang berusaha menyesuaikan diri di lingkungan.

Namun, kondisi tersebut akan menjadi masalah apabila apa yang ditampilkan sangat berbeda dengan yang sebenarnya dirasakan.

Baca juga: Serunya Melanjutkan S2 di Turki, Kuliah Gratis hingga Wisata Budaya

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (FPsi Unair) itu menuturkan bahwa di dunia klinis tidak memakai istilah duck syndrome. Menurutnya duck syndrome bukanlah diagnosa klinis.

Ia menyebutkan bahwa secara umum ada tiga jenis duck syndrome yang sering dialami oleh milenial. Cara menghadapi duck syndrome juga berbeda-beda tergantung pada jenis duck syndrome yang dialami.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+