Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa, Seperti Ini Kerajaan Samudra Pasai dalam Jalur Pelayaran

Kompas.com - 10/02/2022, 09:19 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Bagi siswa sekolah yang sedang belajar sejarah mengenai Kerajaan Samudra Pasai, maka harus paham. Nama Samudra Pasai sangat terasosiasi dengan kesultanan Islam pertama di Indonesia.

Mengutip dari laman Jalur Rempah Kemendikbud Ristek, Samudra Pasai adalah salah satu kesultanan yang terletak di muara sungai. Samudra kala itu hanya sebuah kampung (gampong).

Letaknya kira-kira 15 kilometer dari Lhokseumawe, ibu kota Kabupaten Aceh Utara. Kampung Samudra ini kemudian lebih sering dikenal dengan sebutan Samudra Pasai ketika menjelma menjadi kesultanan pada abad 13.

Baca juga: Ini Daftar Kerajaan Islam di Indonesia, Siswa Sudah Paham?

Nama ibu kota kerajaan kala itu adalah Pase, namun beberapa orang lebih senang menyebutkannya dengan nama Camotora (yang sangat mungkin merujuk pada kata Samudra). Kerajaan tersebut mempunyai kota-kota besar dan banyak penduduknya.

Jadi tujuan perdagangan

Adapun lokasinya yang berada di pinggir Selat Malaka membuat Samudra Pasai kemudian terekspos oleh dunia internasional. Banyak bangsa berlayar dan berdagang hilir mudik ke Samudra Pasai, sebagai titik-titik persinggahan dalam jalur pelayaran jarak jauh dari India, Jazirah Arab, maupun Afrika.

Hal ini bahkan berlangsung pada awal-awal abad masehi. Pada perkembangan selanjutnya, barulah orang-orang Eropa turut nimbrung meramaikan perdagangan di kawasan Malaka, termasuk Samudra Pasai di dalamnya.

Tak hanya itu saja, dari catatan perjalanan orang-orang Tionghoa, Samudra Pasai senantiasa menjadi kota pelabuhan yang dijadikan tujuan pelayaran dan perdagangan.

Sebagaimana diteliti oleh J.V. Mills dalam “Chinese Navigations in Insulinde About AD 1500” yang terbit di Archipel Vol. 18, trayek para pelayar dari Tiongkok yang kerap dikunjungi di daerah Selat Malaka, yakni:

  • Pulau Berhala (Tanhsii)
  • Aru (Ya-lu) Ujung Peureulak (Pa-lut-ou)
  • mengelilingi Chishii-wan tou
  • Tanjung Jambuair
  • Samudra Pasai (Su-menta-la)

Dari Samudra Pasai ini, mulai berlayar lagi menuju arah Pulau We (Ch ‘ieh-nan-mao) dan akan ketemu kapal-kapal yang berlayar dari Masulipatam dan dari Quilon sepanjang jalur dari Pulau We ke Lambri (Nan-wu-li).

Baca juga: Siswa, Ini Prasasti Kerajaan Tarumanegara

Dari Pulau We ke arah utara Pulau Rondo (Lung-hsien-shu) untuk kemudian ke arah barat Srilangka dan Asia bagian barat, dan yang ke arah barat laut, yaitu ke Bengal.

Sedangkan untuk menjamu para pelancong, Pasai memiliki pasar pantai yang letaknya tidak jauh dari bandar. Di sana, segala transaksi terjadi begitu dinamis, entah itu budaya maupun ekonomi.

Banyak penjual, baik lokal maupun internasional, memperdagangkan komoditas mereka. Namun umumnya, barang-barang impor lebih banyak beredar ketimbang barang lokal.

Mulai dari kain, cita, hingga porselen, menjadi barang yang dilego oleh pendatang. Sementara, orang setempat menawarkan ikan, garam, beras, gula, kelapa, sutera, barus, dan berbagai komoditas daerahnya untuk dijual kepada para pendatang.

Rempah-rempah tidak hanya dijual oleh pedagang dari India, namun juga pedagang dari berbagai penjuru Nusantara. Untuk mendapatkan komoditas pertanian yang kerap dihasilkan daerah pedalaman dengan harga lebih murah.

Seperti sayuran, buah-buahan, dan palawija, para pelancong juga dapat mengunjungi pasar pedalaman. Pasar ini letaknya tidak jauh dari pusat pemerintahan maupun desa-desa.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau