Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diabetes Boleh Puasa, Dokter RSND Undip: Perhatikan Dulu Hal Ini

Kompas.com - 07/04/2022, 15:57 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu penyakit kronis, diabetes atau penyakit gula banyak diderita masyarakat. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita.

Tetapi, apakah seseorang yang menderita penyakit diabetes boleh puasa? Terlebih bagi umat Muslim di bulan Ramadhan 2022 ini.

Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Nasional Diponegoro Universitas Diponegoro (RSND Undip) dr. Maria Erika Pranasakti, Sp.PD., puasa memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh.

Baca juga: Alumnus Farmasi UGM: Ini Panduan Kecukupan Nutrisi Saat Puasa

Bagi pengidap diabetes harus terlebih dahulu membicarakan kondisinya pada dokter dan memiliki riwayat gula darah terkontrol baru dapat ikut berpuasa.

"Penderita diabetes harus dapat mengklasifikasikan masuk dalam kategori pasien diabetes risiko sangat tinggi, tinggi, sedang atau rendah," ujarnya dikutip dari laman Undip, Rabu (6/4/2022).

Pasien yang boleh puasa

Menurutnya, risiko tinggi adalah mereka yang pernah mengalami hipoglikemia yang berat dan penurunan gula darah dalam 3 bulan terakhir menjelang Ramadhan ini.

Atau hipoglikemia berulang, perempuan yang sedang hamil, pasien-pasien cuci darah, mereka yang mengalami kegawatan yakni Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHS) dalam tiga bulan terakhir.

"Mereka termasuk pasien yang memiliki risiko sangat tinggi apabila berpuasa," tuturnya.

Sedangkan untuk kategori sedikit rendah di bawahnya, yaitu mereka yang mengalami hipoglikemia sedang, kategori gulanya 150 sampai 300 atau pasien diabetes yang tinggal sendiri dan tidak ada anggota keluarga yang menemani.

Atau pasien-pasien usia lanjut atau memiliki kormobid lain, misalnya pernah stroke, terkena serangan jantung masuk dalam risiko tinggi.

Baca juga: Pentingnya Gizi dan Nutrisi Seimbang Saat Puasa dari Alumnus Farmasi UGM

Yang masuk risiko sedang itu diabetes yang terkendali dan yang rendah yang menggunakan salah satu macam obat saja.

"Biasanya pasien yang masuk kategori risiko sedang atau rendah masih aman tetapi mereka yang masuk risiko sangat tinggi dan tinggi harus mewaspadai beberapa hal. Ada tanda-tanda yang mereka harus pahami di dalam tubuh, kapan harus segera membatalkan puasa," jelasnya.

Persiapan yang baik

Dikatakan, bagi pasien-pasien yang akan melaksanakan ibadah puasa, harus mempersiapkan diri tidak di saat-saat akhir tetapi 1 atau 2 bulan sebelumnya atau sejak awal sehingga saat masuk bulan Ramadhan sudah tertata dengan baik.

Ketika puasa terjadi perubahan pola makan, biasanya 3 kali sehari menjadi 2 kali sehari (sahur dan berbuka). Terdapat periode tidak makan sekitar 12 jam dan orang sering mengira bahwa dengan berpuasa gula darahnya akan rendah padahal tidak hanya itu.

Gula darah yang rendah atau hipoglikemia hanya salah satunya karena ada juga kondisi hiperglikemia atau gula darahnya justru malah naik. Hal tersebut disebabkan bisa karena dehidrasi atau tubuh kekurangan cairan.

Baca juga: Tips Sehat Puasa Ramadhan ala Dosen FK Ubaya

Serta ada kondisi kegawatan seperti ketoasidosis diabetik yaitu kegawatan yang mungkin terjadi ketika pasien diabetes ada suatu penyakit dalam tubuhnya, biasanya infeksi akut yang tidak disadari, tetapi berpuasa dan ketika gula darahnya mencapai ambang tertentu akan terjadi kegawatan diabetes.

Sedangkan hal yang perlu dipersiapan penderita diabetes sebelum menjalankan ibadah puasa, diantaranya adalah:

Asupan nutrisi:

Pasien diabetes disarankan untuk makan pada kisaran dietnya sekitar 1.200 sampai dengan 2.000 kalori. Cara menghitung kalori disesuaikan dengan berat badan ideal tiap orang, dan pasien harus mengasup karbohidrat 40-50 persen dari total kalori. Karbohidrat kompleks lebih disarankan.

Asupan cairan:

Untuk asupan caira sekitar 30 sampai 50 cc per kg berat badan dan disesuaikan apakah penderita diabetes memiliki penyakit lain seperti gagal ginjal atau jantung, sebab kebutuhan cairannya sedikit berbeda.

Baca juga: Tips Olahraga yang Tepat Saat Pandemi dari Stikes Panti Kosala

Sahur dan buka:

Upayakan makan sahur mendekati waktu imsak, ketika berbuka tidak disarankan mengonsumsi yang terlalu manis dan menghindari minuman yang mengandung kafein.

"Terkait dengan obatnya, sebaiknya didiskusikan dengan dokternya," terangnya.

Nutrisi dan cairan

  • Untuk nutrisi dan cairan, kebutuhan kalori harian dalam jumlah 1.200-2.000 kalori didistribusikan untuk sahur (30-40 persen) dan berbuka (40-50 persen), ditambah 1-2 camilan sehat (10-20 persen).
  • Komposisi nutrisi terdiri dari karbohidrat (40-50 persen), sebaiknya dengan indeks glikemik rendah sehingga energi dapat dilepaskan secara perlahan.
  • Protein 20-30 persen berupa kacang-kacangan, ikan, unggas atau daging.
  • Lemak 30-35 persen berupa lemak monosaturasi dan lemak tak jenuh ganda.
  • Lemak jenuh harus dibatasi kurang 10 persen dari total asupan kalori harian.
  • Asupan serat yang cukup dari buah, sayur.

Mempertahankan tingkat hidrasi dengan minum cukup air sebanyak 30-50 cc/kg/berat badan, (disesuaikan dengan kondisi ginjal dan jantung pasien). Hal ini dilakukan untuk mencegah dehidrasi dan menurunkan risiko thrombosis. Makan sahur disarankan seakhir mungkin sebelum memulai puasa.

Hal yang harus dihindari:

Makanan yang mengandung banyak gula, minuman manis, sirup, jus kalengan, atau jus segar dengan tambahan gula harus dihindari setelah berbuka puasa dan di antara waktu makan.

Hindari pula minuman berkafein karena bersifat diuretik yang dapat menyebabkan dehidrasi.

Hal yang harus dilakukan:

Sedangkan aktivitas fisik yang rutin dilakukan dapat diteruskan selama Ramadhan, olahraga ringan dan sedang dapat dilakukan pada pagi hari atau setelah berbuka puasa.

Olahraga berat harus dihindari selama jam-jam puasa dan terutama sebelum buka puasa karena risiko tinggi hipoglikemia dan dehidrasi.

Baca juga: Siswa, Ini 3 Waktu Terbaik Olahraga saat Puasa

Shalat tarawih yang dilakukan di bulan Ramadhan juga merupakan bagian dari aktivitas olahraga sehari-hari karena melibatkan aktivitas fisik yang teratur seperti rukuk, berlutut, dan bangun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com