Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini 4 Cara Cegah Paham Radikalisme Menyusup di Perguruan Tinggi

Kompas.com - 02/05/2021, 18:05 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Aksi terorisme bisa diawali dari paham radikalisme. Aksi ini tentu menjadi musuh bersama bangsa Indonesia karena paham radikalisme bertentangan dengan ideologi Pancasila.

Perlu sinergitas berbagai pihak untuk mencegah paham ini menyebar di masyarakat. Termasuk di lingkungan perguruan tinggi.

Untuk menangkal radikalisme dan terorisme di perguruan tinggi, Pusat Pembinaan Ideologi LPPM Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menggelar Webinar Nasional dengan tema 'Menjernihkan Hati Melawan Radikalisme'.

Secara yuridis, perguruan tinggi dituntut terlibat aktif dalam menangkal radikalisme maupun ekstrimisme di kampus.

Baca juga: Peringati Hardiknas, Yuk Ketahui Sisi Lain Ki Hadjar Dewantara

Perguruan tinggi harus aktif

Untuk mencegah paham itu menyusup di lingkungan kampus, Unesa turut aktif menjadi patner pemerintah dan masyarakat dalam menangkal paham radikalisme.

Dalam webinar tersebut, turut hadir mantan napi teroris (napiter) dan mantan Jihadis, Wildan Fauzi.

Wildan mengungkapkan, paham radikalisme bisa masuk lewat mana saja. Baik itu pergaulan maupun melalui media sosial.

Bahkan adanya media sosial justru lebih berbahaya. "Para pelaku bisa bergerak secara lone wolf atau operasi sendiri. Operasinya bisa terputus dari jaringan, tidak memiliki kelompok, tetapi bisa melakukan sendiri dengan panduan yang ada di internet," kata Wildan seperti dikutip dari laman Unesa, Minggu (2/5/2021).

Perlu kontrol orangtua dan sosial

Menurut Wildan, masuknya paham ekstrimisme bisa karena kurangnya kontrol sosial dan orangtua. Padahal itu penting sekali dan menjadi tembok pertahanan yang penting dalam menangkal pengaruh paham yang bertentangan dengan Pancasila.

Kepada peserta webinar Unesa, Wildan banyak bercerita tentang awal mula ia pergi ke Siriah. Dari pengalamannya, penyebar radikalisme bukan asli Timur Tengah. Tetapi justru banyak dari Indonesia yang memodifikasi ajaran agama untuk kepentingan sendiri.

"Paling penting adalah perkuat kontrol sosial dan keluarga. Dengan siapa anak kita bergaul dan kepada siapa mereka mengaji," tegas Wildan.

Baca juga: Mahasiswa, Ini 5 Tips Perkuat Personal Branding Mencari Kerja

Tumbuhkan rasa cinta dan bakti terhadap orangtua

Dalam banyak kasus, ekstrimisme juga bisa masuk melalui teman pergaulan. Mereka lebih mengikuti ajakan temannya daripada orangtuanya. Pada akhirnya, banyak kasus mengkafirkan orang tua sendiri dan orang lain. "Yang lain salah, mereka benar," imbuh Wildan.

Untuk meminimalisir hal itu, anak-anak perlu dididik untuk belajar lebih mencintai orangtua daripada teman-temannya.

"Saya ingin mendedikasikan diri untuk aktif dalam gerakan kesadaran anak-anak muda agar lebih cinta dan bakti kepada orangtua. Sekuat apapun laki-laki, ketika mengingat ibunya, dia akan jatuh tersungkur," terangnya.

Peran orangtua juga sangat vital, dengan pendekatan itu. Generasi muda bisa lebih menghargai dan berbakti kepada orangtuanya dari siapapun atau temannya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau