"Jihad yang paling besar adalah berbakti kepada orangtua, membahagiakan orangtua, bukan justru membangkang apalagi mengkafirkan mereka," ujarnya.
Faktor lain yang membuat anak muda cepat terpapar paham radikal yakni karena adanya rasa tak diterima di lingkungannya.
Mereka yang sering menyendiri dan tampil beda pun lama-lama bisa terpapar paham yang berbahaya. Karena itu, budaya kekeluargaan harus ditumbuhkan, anak-anak muda harus didekati dan diajak untuk berkomunikasi dengan hangat.
“Mereka bisa meluapkan apapun pandangannya. Jika sudah begitu, kan kecil mereka bisa terpapar paham radikal,” imbuh Wildan.
Sementara itu, Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya Prof. Syafiq A. Mughni menambahkan, radikalisme dan ekstrimisme merupakan penyimpangan ajaran agama. Tidak ada agama mana pun di dunia ini yang mengajarkan kekerasan.
"Paham tersebut ada pada agama-agama di dunia, tidak hanya spesifik dengan Islam. Kemudian bisa ada dalam kelompok agama, bisa kelompok politik, dan kelompok bangsa dan bahkan suku," beber Prof. Syafiq.
Menurutnya, paham radikal bisa ditangkal lewat beberapa cara, salah satunya lewat pembumian ajaran agama yang moderat. Setidakya ada tujuh ciri moderasi agama dalam Islam, antara lain:
"Yang dilakukan yakni pengembangan narasi moderat, pengembangan budaya literasi moderat, early warning system yang baik, peer group moderat, dan pengembangan pola komunikasi yang baik," tutur Prof. Syafiq.
Baca juga: Mahasiswa, Simak Strategi Berwirausaha di Era Kebiasaan Baru
Melaui Webinar Unesa ini, bisa diketahui cara-cara untuk mencegah masuknya paham radikalisme di lingkungan kampus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.