Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"When Everything Feels Like Romcoms", Novel Berlatarkan Dunia Film

Kompas.com - 21/07/2020, 21:56 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Dalam sedikit ruang yang ada, Candra Aditya memang menyiratkan sindirian terhadap, misalnya, pemilihan aktor yang berdasarkan jumlah followers ataupun minimnya ruang bagi seorang filmmaker untuk bereksperimen.

Namun, sindiran sepertinya bukan hal utama. Ketimbang menyindir, Candra Aditya lebih banyak memotret kondisi terkini dunia perfilman.

Hasilnya, bisa kita temukan bagaimana layanan streaming disebut beberapa kali oleh para tokoh. Lalu ada pula penggambaran tentang Blok M Square (yang menayangkan banyak film Indonesia) dan Epicentrum Walk (yang sering menjadi lokasi premiere).

Baca juga: Gara-gara Buku: Kirim Cerita Bisa Donasi ke Taman Baca

Pembaca bahkan disuguhkan gambaran singkat tentang “lingkaran pertemanan” para pelaku industri film yang tampak saat premiere.

Itu semua, selain memberi kesan make-believe, merupakan sumbangsih tersendiri yang dapat menjadi “kenangan” pada masa depan. Mungkin tidak sefenomenal "Pasar Senen" dalam karya Misbach.

Tapi tentu akan berarti, jika suatu saat hal-hal yang disebut-Blok M Square, Epicentrum Walk, dan lainnya-mati.

Tentang film, terasa seperti film

Perpaduan antara latar dan karakter di dunia film adalah keunikan yang membuat "When Everything Feels Like Romcoms" terasa spesial.

Pembaca tidak hanya diajak menikmati kisah romcom, tapi juga melihat bagaimana industri di baliknya bekerja.

Bagaimana hal-hal tersebut saling bertautan dibahas dalam peluncuran "When Everything Feels Like Romcoms" pada 6 Mei 2020.

Dalam acara peluncuran tersebut, Paul Agusta (sutradara), Dea Panendra (aktris), dan Stephany Josephine (reviewer film), memberikan gambaran yang dapat membantu pembaca memahami lebih jauh apa yang digambarkan oleh Candra Aditya.

Tekanan dari proyek film panjang pertama yang dialami Reza, misalnya, menurut Paul Agusta adalah hal yang wajar.

Baca juga: Pangan Lokal, Jalan Keluar dari Jebakan Krisis Pangan

Sutradara "Daysleepers" (2018) ini mengatakan bahwa film panjang pertama merupakan milestone yang penting, sehingga gangguan sedikit saja dapat berpengaruh besar.

“Tidak ada produksi yang perfect. Cuma, when you’re making your first feature (film panjang), karena risiko yang ada di kepala itu sangat besar, setiap polisi tidur terasa kayak gempa bumi,” katanya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Sebutkan film komedi romantis terbaik yang pernah kamu tonton, Bookmanias!? ? Ada Apa dengan Cinta (AADC)? Before Sunrise? When Harry Met Sally? P. S. I Love You?? ? Kalau kamu gemar menyaksikan film bergenre ini, kamu harus coba baca "When Everything Feels Like Romcoms". Candra Aditya mengemas kisah manis ala komedi romantis dengan plot yang bisa jadi lebih masuk akal di sini. Novel ini sedikit banyak menyentil industri film Tanah Air, tutur dan alurnya menghibur, tapi juga sanggup bikin kita mempertanyakan batas abu-abu antara rasa nyaman, kekaguman, dan cinta sungguhan.? ? Psst! Daftar isinya bisa jadi rekomendasi tontonan kamu selama #dirumahaja, lo, Bookmanias.? ? Info buku: https://siapabilang.com/buku-when-everything-feels-like-romcoms/.? ? #Buku #BahasBuku #BahasBukuKPG #WhenEverythingFeelsLikeRomcoms #CandraAditya #Novel #KomediRomantis #PenerbitPop #PenerbitKPG

A post shared by Penerbit KPG (@penerbitkpg) on May 19, 2020 at 2:59am PDT

Dalam "When Everything Feels Like Romcoms", gempa bumi itu datang dari tokoh aktor bernama Doni Adhari. Doni Adhari merepresentasikan aktor arogan yang berlaku seenaknya saat syuting.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau