Beralasan hanya emosi sesaat, Andaru pun menjelaskan bahwa MA tidak ditahan.
"Si ibu ngakunya hanya emosi sesaat, kita perlu dalami lagi apakah itu perilaku yang berulang, apakah ada kondisi psikis yang berbeda dari orang kebanyakan, tentunya setelah mendalami itu, baru kita merunutkan penanganan terbaik seperti apa," jelas Andaru pada Kamis (3/9/20) dikutip dari kompas.com.
Tak bisa dipungkiri bahwa peran orangtua saat masa pandemi ini menjadi bertambah.
Salah satunya adalah menjadi guru bagi anaknya yang sedang menerapkan pembelajaran jarak jauh.
Di sisi lain, Nina juga menyadari bahwa ada orangtua yang mengalami berbagai macam kesulitan selama pandemi COVID-19. Kesulitan keuangan dan kehilangan pekerjaan, misalnya.
“Ketika tantangannya banyak, menjadi sulit untuk dia (orangtua) berkonsentrasi dalam mengajar anaknya. Ini yang kemudian sering kali menjadi masalah,” kata Nina.
Baca juga: 8 Cara Atasi Emosi Labil Anak Remaja
Untuk itu, Nina menekankan bahwa pedoman utama orangtua adalah tidak boleh melakukan jenis kekerasan apapun terhadap anak.
Jika emosi orangtua sedang meledak-ledak, Nina memberikan 3 kiat mudah seperti berikut ini untuk mengatur amarah.
1. Melepaskan kemarahan secara aman
Nina menjelaskan bahwa ada orang yang memang harus mengekspresikan kemarahannya terlebih dahulu. Tujuannya agar lebih mudah menggunakan teknik manajemen amarah yang selanjutnya.
Alih-alih merusak barang atau menyakiti diri sendiri, Nina mengusulkan agar melampiaskannya dengan cara aman.
“Jadi daripada dia banting HP, kan rusak HP-nya gitu. Dia misalnya bisa banting guling atau meninju bantal. Jadi tidak membuat kerusakan,” imbuh Nina.
2. Teknik bernafas dalam
Ketika seseorang sedang marah, Nina mengatakan, nafas manusia menjadi menggebu-gebu. Lebih dari 20 nafas per menit, contohnya.