Kepala Sekolah Citra Kasih Don Bosco Pondok Indah Ursula Dyah pun membagikan pengalamannya untuk menerapkan positive education dalam pengajarannya.
Ia pernah menantang peserta didik yang ada pada jenjang TK atau SD untuk mengatakan bahwa mereka mencintai orangtuanya.
“Kadang-kadang ada challenge (tantangan) gini, you just need to say ‘I love you, Mom’ (kamu hanya perlu bilang, ‘aku cinta kamu, Ibu’). Buat orang Indonesia kan tidak biasa. Itu kita mau mengajarkan siswa kalau ini bukan too much (berlebihan), ini bukan lebay, that’s the way to show your love to Mom and Dad (itu cara untuk menunjukan rasa cintamu kepada Ibu dan Ayah). Itu hanya challenge kecil,” jelas Dyah.
Baca juga: Belajar dari Orangtua Jepang Cara Menanamkan Disiplin pada Anak
Pujian maupun apresiasi atas pencapaian sekecil apapun perlu dilakukan untuk saling menjaga kesehatan mental di masa pandemi.
Terlebih, siswa hanya memiliki kesempatan untuk berelasi dengan orangtua dan keluarga inti saat ini.
Boedi juga memberikan contoh sederhana dengan menjelaskan mengapa banyak remaja lebih menyukai bermain gim (game).
“Gim itu kalau kamu gagal, enggak diomelin, malah di-encourge (diberi semangat) lagi. Yuk maju lagi, maju lagi. Ketika dia menang, wah selebrasinya luar biasa,” ceritanya.
Namun berbeda ketika siswa mendapatkan nilai yang bagus, orangtua memberikan apresiasi yang sangat kurang.
“Kalau di sekolah, ketika anaknya bisa mencapai nilai tidak merah, orangtuanya hanya bilang 'Bagus'. Cuman gitu aja, tapi celebration-nya itu sangat kurang. Nah yang terjadi di positive education itu tuh sangat kaya dengan hal ini (apresiasi dan selebrasi),” ujar Boedi.
Untuk membantu orangtua mengindentifikasi masalah anaknya, sekolah-sekolah Yayasan Citra Berkat membentuk program bernama Positive Pals (P Pals) atau teman positif sejak Juli 2020.